6 Kebiasaan yang Salah Secara Medis

09.02 / Diposting oleh novi / komentar (2)

1. Masuk angin harus dikerok
Kerokan ternyata bukan pertanda anginnya keluar, melainkan pecahnya pembuluh kapiler tepi yang berada dikulit. Tidak mengherankan, jika beberapa waktu setelah kerokan, gejala-gejala masuk angin akan kembali terjadi. Kerokan akan menimbulkan rasa sakit, tapi karena sudah ada rasa sakit atau pegal otot, maka dengan rangsangan sakit yang baru akan menimbulkan rasa seolah-olah rasa sakit pertama berkurang atau "terlupakan".

2. ANGIN DUDUK HARUS DIKEROK ATAU DIPIJAT
Apabila menderita angin duduk, jangan dipijat atau dikerok. Kejadian orang yang meninggal ketika dipijat, menunjukkan betapa penangan yang salah dapat berakibat fatal. Hal yang harus dilakukan adalah : Pemberian oksigen dan obat serta tindakan diagnostik khusus. Ini mungkin merupakan gejala awal serangan jantung berat akibat sumbatan darah keseluruh tubuh

3. PENDERITA CACAR AIR ATAU CAMPAK TIDAK BOLEH MANDI
Hal ini malah bertentangan dengan prinsip medis, dimana pada penderita penyakit cacar air atau campak dengan kelainan pada kulit yang menyeluruh, justru harus menjaga kebersihan kulit dengan mandi lebih sering agar perluasan penyakit dapat dicegah, disamping menggunakan obat.

4. MANDI MALAM HARI MENYEBABKAN REMATIK
Hal ini tidak benar. Kalau kondisi tubuh dalam keadaan sehat dan memerlukan mandi untuk kebersihan, tidak ada masalah mesdkipun mandi malam hari. Tetapi pada penderita rematik, dianjurkan mandi dengan air hangat.

5. KALAU DEMAM TIDAK BOLEH MANDI
Dengan mandi ketika demam dapat menurunkan suhu tubuh yang sedang meningkat. Tetapi, kalau demam disertai dengan rasa menggigil, mandi dengan air hangat akan lebih baik atau kompres dengan air hangat.

6. MEMAKAI PAKAIAN TEBAL / SELIMUT KETIKA DEMAM
Pakaian tebal/ selimut akan menaikan suhu tubuh. Suhu yang sangat tinggi (39 derajat atau lebih) pada anak-anak bisa menyebabkan kejang-kejang.
Disarankan untuk mengenakan pakaian tipis meskipun tubuh terasa dingin.

Deteksi Penyakit Jantung Lewat Rambut

09.15 / Diposting oleh novi / komentar (0)

VIVAnews - Jangan remehkan kondisi rambut. Studi University of Western Ontario, Kanada, mengungkap bahwa rambut bisa menjadi menjadi indikator adanya gangguan kesehatan jantung.

Seperti dikutip dari laman Times of India, setiap helai rambung mengandung hormon stres yang disebut kortisol. Hormon ini biasanya dilepas tubuh saat mengalami stres atau reaksi psikologis dan fisiologis atas perubahan situasi yang tidak dapat diterimanya.

Kadar kortisol juga terkandung dalam urin dan air liur. Namun, kortisol di dalam rambut dianggap lebih efektif untuk memetakan kondisi jantung karena sifatnya lebih terukur. Logikanya, pertumbuhan rambut relatif stabil yakini sekitar satu sentimeter setiap bulan.

Itu penting karena memungkinkan melihat tingkat stres dalam periode yang lebih lama. Memeriksa enam sentimeter rambut berarti bisa mengukur tingkat stres selama enam bulan. Sementara pemeriksaan kortisol dalam air liur atau urin cenderung hanya memperlihatkan tingkat stres sesaat.

Penelitian dilakukan dengan memeriksa sampel rambut 56 penderita serangan jantung di Meir Medical Centre di Kfar-Saba, Israel. Hasil itu dibandingkan dengan sampel rambut sejumlah orang yang tak memiliki masalah kesehatan jantung. Hasilnya, sampel rambut penderita penyakit jantung mengantung kadar kortisol sangat tinggi.

Penulis studi Stan Van Uum dan Gideon Koren mengatakan, kadar kortisol di rambut dapat menjadi prediktor kuat akan terjadinya serangan jantung. "Ini bisa menjadi penanda biologis adanya stres kronis pemicu serangan jantung. Menjadi penting karena langkah pencegahan bisa dilakukan sedini mungkin sebelum serangan terjadi."