METEOR JATUH DI DUREN SAWIT

05.47 / Diposting oleh novi /

INILAH.COM, Jakarta - Ledakan beruntun terjadi di tiga rumah di Delima 6 RT 01/05 Malakasari, Durensawit, Jakarta Timur. Isu beredar, ledakan itu akibat meteor.

Isu ini beredar dari mulut ke mulut. Beberapa warga di sekitar lokasi ledakan sendiri malah memperkuat isu itu.

Ada yang mengaku, sempat melihat ada cahaya kilat dari langit yang disertai suara desingan dan getaran dari dalam tanah, beberapa detik sebelum ledakan terjadi.

Ledakan hebat itu menimpa tiga rumah sekaligus. Rumah itu milik Sudarmojo, Kusnadi, dan Marjuki, warga Jl Delima 6 RT 01/05 Malakasari, Durensawit.

Kejadian berlangsung sore. Kini, ketiga rumah itu kondisinya memprihatinkan, beberapa bagiannya hancur berantakan.

Aparat kepolisian dari Polres Metro Jakarta Timur, hingga Kamis (29/04), masih melakukan identifikasi penyebab terjadinya ledakan hebat tersebut.

Kapolres Metro Jakarta Timur, Komisaris Besar Polisi Hasanudin menyebutkan, sejauh ini penyelidikan penyebab ledakan hebat itu masih dilakukan. Namun hingga berita ini diturunkan, aparat kepolisian belum bisa menyimpulkan penyebab ledakan itu.

“Ada beberapa benda yang terbakar seperti kalender dan buku di dalam rumah Sudarmojo, tapi kami pastikan bukan dari tabung gas. Karena seluruh tabung gas di tiga rumah itu masih utuh. Karena itu penyelidikan masih harus dilanjutkan oleh Puslabfor (Pusat Laboratorium Forensik) Mabes Polri,” ujar Kombes Hasanudin, di lokasi kejadian.

Ia juga belum bisa memastikan apakah ledakan terjadi karena adanya benda langit yang jatuh atau bukan.Jumat (30/4/10) dini hari


VIVAnews - Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) memastikan benda yang jatuh di Duren Sawit adalah sejenis meteor atau pecahan asteroid. Kejadian ini mirip dengan peristiwa jatuhnya meteor di Laut Bone, Sulawesi Selatan.

"Peristiwa ini sama dengan di Bone, hanya saja ledakan meteor itu jatuh di laut. Sedangkan di sini jatuh di pemukiman," kata Abdurrahman, peneliti Lapan bidang Matahari dan Antariksa, di Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat, 30 April 2010.

Menurut dia, untuk deteksi identifikasi meteor hanya bisa dipantau dari Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA). Dia melanjutkan, bila itu adalah asteroid maka masyarakat tidak perlu khawatir, karena itu tidak berbahaya.

"Efek asteroid itu tidak bahaya. Hanya ada efek tumbukan saja seperti menimbulkan kehancuran dan melelhkan barang di sekitar lokasi tumbukan. Kalau meteorit itu jatuh seperti kembang api," ujar dia.

Kendati demikian, Lapan belum menemukan bongkahan sisa-sisa meteor atau asterodi. Karena benda-benda itu sudah dibawa tim Departemen Balistik Metalurgi Mabes Polri.

"Kejadian seperti ini sama seperti di Bone, tapi kalau di sini kita belum tahu diameternya, karena tidak ada cekukan di lokasi," kata Abdurrahman.

Seperti diketahui, meteor yang jatuh dan hilang di Laut Bone diperkirakan berdiameter 5–10 meter. Kecepatan jatuh meteor Bone sekitar 20.3 km/detik atau 73.080 km/jam.

Ledakan besar akibat meteor Bone itu dideteksi 11 stasiun pemantau nuklir. Pusat jatuhnya meteor Bone berada di sekitar lintang 4,5 LS, 120 BT, sekitar pukul 11.00 WITA pada 8 Oktober 2009. (mt)

0 komentar:

Posting Komentar